Press "Enter" to skip to content

Dampak Ketegangan Geopolitik pada Inflasi Jangka Panjang

Dunia ekonomi global kini dihadapkan pada ancaman baru yang signifikan: dampak ketegangan geopolitik. Konflik dan persaingan antarnegara, ditambah dengan tren menuju de-globalisasi atau friend-shoring—strategi mengurangi ketergantungan pada negara-negara tertentu—dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi baru. Ini berujung pada peningkatan biaya perdagangan dan membuat rantai pasok kurang efisien, yang semuanya berkontribusi pada tekanan inflasi jangka panjang yang lebih persisten.

Ketegangan geopolitik, seperti perang dagang atau konflik militer, secara langsung mengganggu arus barang dan jasa. Pembatasan perdagangan, tarif impor, atau sanksi ekonomi dapat menghambat pasokan dan menaikkan biaya bagi importir. Produsen yang sebelumnya mengandalkan pasokan murah dari negara tertentu kini terpaksa mencari alternatif yang lebih mahal atau kurang efisien, menekan margin keuntungan mereka.

Tren de-globalisasi, yang mendorong negara-negara untuk memproduksi lebih banyak barang secara domestik, juga meningkatkan biaya. Ketegangan geopolitik memicu keinginan untuk mengamankan rantai pasok dari gangguan eksternal, sehingga perusahaan menarik produksi kembali ke negara asal atau ke negara-negara sekutu (friend-shoring). Meskipun ini meningkatkan keamanan pasokan, seringkali biaya produksi domestik lebih tinggi dibandingkan di pusat manufaktur global yang sebelumnya digunakan.

Strategi friend-shoring yang didorong oleh ketegangan geopolitik berarti perusahaan mungkin memprioritaskan keamanan dan keselarasan politik di atas efisiensi biaya. Membangun ulang rantai pasok yang dulunya global dan sangat efisien memerlukan investasi besar dan waktu yang tidak singkat. Hal ini dapat menyebabkan inefisiensi baru, seperti biaya logistik yang lebih tinggi atau kurangnya skala ekonomi, yang pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen.

Dampak dari semua ini adalah rantai pasok menjadi kurang efisien. Alih-alih mencari pemasok termurah dan tercepat secara global, perusahaan kini mempertimbangkan faktor risiko geopolitik. Ini berarti rute pengiriman yang lebih panjang, waktu tunggu yang lebih lama, atau penggunaan pemasok dengan biaya yang lebih tinggi, yang semuanya menjadi beban tambahan dan mendorong kenaikan harga.

Bank sentral akan menghadapi tugas yang lebih berat dalam melawan inflasi yang didorong oleh faktor-faktor struktural ini. Kenaikan suku bunga mungkin tidak cukup untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh biaya produksi dan perdagangan yang lebih tinggi akibat inefisiensi rantai pasok. Ini menuntut pendekatan kebijakan yang lebih holistik dan terkoordinasi dari pemerintah di seluruh dunia untuk menavigasi periode yang penuh gejolak ini.

Secara keseluruhan, ketegangan geopolitik dan pergeseran menuju de-globalisasi menciptakan tekanan inflasi jangka panjang yang kompleks. Ini bukan hanya tentang gangguan sementara, melainkan perubahan fundamental dalam cara ekonomi global beroperasi. Memahami implikasi ini krusial untuk merumuskan strategi yang adaptif dan proaktif guna menjaga stabilitas ekonomi di masa depan.

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org